Mengubah Paradoks Ekologis , Demi Masa Depan Lebih Baik
Oleh Dedi Junaedi
Ketika sumberdaya yang kian
menipis, perubahan iklim global kian
ekstrim menekan. Paradoks ekologis pun menjadi trend di mana-mana. Bagaimana
manusia harus bersikap dan bersiap agar masa depan bisa lebik baik dan sehat?
Orang-orang yang tinggal di
negara maju, dalam beberapa hal, dapat dikatakan memang seperti lebih sehat
dari sebelumnya. Namun planet ini secara keseluruhan sedang mendapat cekaman
dan kerusakan lingkungan yang hebat,
bahkan dapat mengancam sejarah perdababan
manusia lainnya. Ada trend, sebagian manusia mengorbankan kesehatan generasi
masa depan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi sekarang. Jika paradok ini
dibiarkan, cepat atau lambat, dapat mengancam kesejahteraan semua warga Bumi.
"Kita mungkin hidup lebih
lama, tapi kita melakukannya dengan cara yang akan merampas kesehatan,
kesejahteraan dan umur panjang anak-anak kita," kata Gina McCarthy, yang
menjabat sebagai Direktur Environmental
Protection Agency (EPA) era Pemerintahan Obama. "Kita perlu
melihat bagaimana campur tangan manusia dalam mempengaruhi sistem alamiah Bumi.
Bagaimana manusia mengubahnya. Kita juga harus menemukan solusi yang berbeda,
bukan solusi tradisional," ungkapnya.
Fenomena tersebut,
menurut Susanne Sokolow, seorang ilmuwan
peneliti senior di Stanford Woods
Institute for the Environment, membawa konsekuensi bahwa masyarakat global harus
mulai lebih fokus pada kesehatan generasi yang akan datang, sebuah proses yang
memerlukan "perubahan pola pikir yang mengubah permainan dan gaya hidup.”
Dia menambahkan, bioteknologi mungkin
berhasil menghasilkan produk obat-obatan mutakhir, membantu memberikan
diagnostik dan perawatan seumur hidup bagi sekelompok orang kaya. Sejumlah
fasilitas teknologi kesehatan baru, obat
baru, antibiotik baru, dan diagnosa baru membawa harapan. Tapi, itu semua bukan
solusi mujarab dan mudah diakses bagia sebagian besar orang tak
berkecukupan. Bagaimana fasilitas modern bisa diakses kaum papa, termasuk
mereka yang kehilangan penghidupan di
tengah ekosistem yang kian buruk? "
Dalam beberapa tahun terakhir,
kesadaran ini telah menyebabkan munculnya bidang-bidang kajian tentang
pembangunan dan kesehatan planet, sebuah
disiplin yang telah mendorong upaya global untuk mengubah apa yang sebelumnya
menjadi keingintahuan akademis dan menjadi sorotan serius dari komunitas
pemerhati masalah penyakit dan kesehatan
lingkungan di seluruh dunia.
"Dulu, paradok itu mungkin
hanya bahan gurauan untuk orang polos
seperti saya," kata Samuel Myers, ilmuwan riset senior di Departemen Kesehatan
Lingkungan di Harvard T. H. Chan School
of Public Health. Tapi, sekarang kita tahu bahwa masalah ekologi terhubung
dengan segalanya. Apa yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir telah membuktikan,
perbuatan dan aktivitas manusia berdampak terhadap semua sistem alam planet
kita, melalui perubahan iklim, perubahan tutupan lahan, perikanan, sistem air
tawar, polusi, kualitas udara dan air. ‘’Semuanya bertransformasi membawa
perubahan sangat besar. Telah mengancam kesehatan global dengan cara yang tidak
lagi hanya menarik, tapi sangat gawat darurat," ungkapnya.
Kekhawatiran terbesar adalah bagaimana
menjaga persediaan makanan dunia akibat tekanan perubahan iklim, degradasi
lahan, kelangkaan air dan hilangnya penyerbuk alami, kata Myers. “Kita
benar-benar harus memperbaiki kondisi yang mendukung kapasitas sistem produksi
pangan kita. Pada saat yang sama, kita juga perlu meningkatkan produksi pangan
global untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat," tambahnya.
Di luar pangan, Dr Courtney
Howard, seorang dokter gawat darurat dan presiden Association of
Physicians for the Environment Kanada menambah ilustrasi peliknya masalah kesehatan.
"Hanya sekitar 30 persen kesehatan ditentukan oleh perawatan kesehatan
yang sebenarnya, dan sisanya ditentutkan justru oleh apa yang terjadi di luar
struktur layanan kesehatan," katanya.
"Kita perlu membicarakan
hal-hal yang selayaknya dijaga manusia -- seperti makanan, air bersih, dan tempat berlindung, termasuk
habitat beruang kutub," tambahnya. "Saya tinggal di Kawasan utara Kanada
- lebih dekat dengan beruang kutub daripada kebanyakan orang lainnya. Untuk
itu, jelasnya, “sepertinya saya tidak hanya akan mengubah perilaku atas nama
mereka. “Saya bahkan akan berusaha memindahkan gunung jika dengan begitu saya
dapat memberi kontribusi pada anak-anak saya memiliki persediaan makanan yang
stabil di tahun 2040."
Myers menjadi pengarah organisasi
Planetary Health
Alliance, sebuah koalisi internasional yang melibatkan
lebih dari 70 universitas, lembaga riset milik pemerintah maupun organisasi
non-pemerintah, dan lembaga lainnya yang bekerja untuk menangani masalah
kesehatan planet melalui pendidikan, proyek sanitasi, komunikasi sosial dan
upaya untuk mempengaruhi kebijakan publik. "Kami melihat Aliansi sebagai
jaringan ikat untuk ladang gerakan penyelamatan masa depan bumi. Kami mencoba
menjadi pusat gravitasi untuk membantu setiap orang menemukan intyeraksi dan
kerjasama satu sama lain. Kami ingin menghubungkan komunitas riset, dan membawa
sains sebagai basis pengambil kebijakan. Ini bukan semata keingintahuan
akademis, tapi juga menyangkut bidang aplikasinya dalam keseharain,” jelasnya.
Anggota organisasi PHA telah
memulai beberapa program, termasuk mengerjakan proyek pengelolaan perikanan
luar negeri, dan bekerja sama dengan pemerintah asing untuk membantu mereka
lebih memahami dampak kesehatan dari keputusan lingkungan mereka. Misalnya,
mereka telah menunjukkan kepada pemerintah Indonesia bahaya kesehatan yang
disebabkan oleh kebakaran hutan, khususnya bagaimana keputusan penggunaan lahan
pada akhirnya mempengaruhi kualitas kesehatan lingkungan global, tegas Myers.
Dalam contoh lain, Upstream Alliance telah berupaya
membangun kembali habitat spesies udang yang hilang di sub-Sahara Afrika yang tercemar
parasit. Organisme ini berupaya mengatasi persoalan schistosomiasis, infeksi
usus dana tau saluran kemih akibat infeksi parasit cacing pipih.
"Pendekatan pengendalian
penyakit berusaha mengembalikan predator siput alami (udang air) ke dalam
ekosistem perairan dimana schistosomiasis
muncul, melalui perbaikan skema irigasi," jelas Sokolow. Berbagai pihak
bersinergi memusatkan perhatian pada pemulihan ekosistem dan pengembangan obat-obatan
untuk eradikasi aneka penyakit serius.
Dalam upaya untuk
mengintegrasikan masyarakat riset yang lebih baik dan fokus pada solusi
kolaboratif, Sokolow dan kelompok lainnya telah mulai menganalisis data-data intervensi
pada skala lokal dan regional yang memiliki manfaat langsung dan terukur bagi
kesehatan manusia. "Kami berharap untuk menempatkan contoh konkret ini
dalam konteks dan mensintesis kemajuan agenda kesehatan planet era abad
ke-21," katanya.
Selain proyek individual,
pendidikan juga merupakan komponen kunci dari upaya tersebut, kata Myers.
"Kesehatan planet dalam dua tahun telah menjadi diskursus dunia. Di Harvard,
pusat-pusat studi bergairah melakukan kajian tingkat pascasarjana. Mereka mulai
terbiasa melakukan kajian riset sains interdisipliner, dengan partisipasi masyarakat sekitar. "Melalu program pendidikan,
kami mengajak sejumlah lembaga untuk bermitra dengan World Federation of Academic Institutions for Global Health,” ajaknya.
McCarthy, yang fokus dalam
perubahan iklim sejak pensun dari EPA, berjibaku menggulirkan isu-isu perubahan
iklim ke dalam gerakan yang lebih besar. Mengaku prihatin dengan perhatian
elite dunia yang masih setengah hati berjuang, dia ingin menghidupkan kesadara universal.
"Saya ingin mengajak bagaimana persoalan global ini juga bagian dari
masalah perorangan? Bagaimana pun, ini juga terkait hidup-mati anak dan
keturunan kita di masa depan.”
"Kita butuh suatu terobosan
besar. Gerakan menjaga kesehatan planet adalah masalah vital dan krusial. Sudah
saatnya, kesadaran ilmiah dan universal hadir, ancaman paradok ekologi ini nyata.
Kita sebagai manusia di mana pun, mesti ambil peran untuk melakukan sesuatu
demi masa depan yang lebih baik dan sehat," pungkasnya.
Dedi Junaedi
Comments
Post a Comment