Air Berlimpah: Migrasi ke Mars Kian Prospektif
Hasil riset terbaru NASA menemukan
air berlimpah di Mars. Dia juga mudah diakses dengan teknologi. Jalan membuat
pemukiman pun terbuka di sana. Migrasi ke Mars kian prospektif. Mars akan
menjadi hunian alternatif masa depan?

Lembaga Antariksa Nasional AS (NASA) dan beberapa perusahaan swasta seperti SpaceXare dan Mars One --i sibuk merencanakan
misi pemukiman di Mars. Namun begitu, mereka masih gamang dengan gagasan samar tentang bagaimana mereka dpat menemukan persediaan air.
Kini, dengan menggunakan Mars Reconnaissance Orbiter (MRO), para
periset menemukan H20 yang melimpah dan mudah diakses. Sebuah survei
menemukan tidak kurang dari delapan lokasi di mana erosi tebing telah terkena
endapan tebal es hampir murni yang terletak tiga sampai enam kaki di bawah batu
dan debu Mars. Temuan tersebut berarti bahwa misi masa depan, baik yang berawak
maupun robot, mungkin memiliki waktu lebih mudah dari yang diperkirakan untuk
menggali air minum dan membuat bahan bakar roket.
Seperti dilaporkan jurnal Science
(paywall), air tersebut ditemukan di utara dan selatan Mars, di garis
lintang yang setara dengan Amerika Selatan dan Skotlandia. Daerah yang terpapar
ditemukan di lereng curam dengan kemiringan 55 derajat. Berdasarkan tidak
adanya kawah di sana, para ilmuwan meyakini bahwa fitur tersebut relative baru terbentuk.
"Penemuan yang dilaporkan belum
lama ini memberi kita jendela mengejutkan dimana kita bisa melihat langsung
lapisan es bawah tanah yang tebal ini," ungkap peneliti Shane Byrne dari Universitas Arizona..
"Ini seperti memiliki salah satu peternakan lepas di mana Anda bisa
melihat melalui kaca samping untuk
mengetahui apa yang biasanya tersembunyi di bawah tanah," tambahnya kepada
NASA.

Para periset menemukan situs curam
dengan mengukur warna menggunakan kamera High
Resolution Imaging Science Experiment (HiRISE) di MRO, dan memastikan
kemurniannya menggunakan CRISM (Compact
Reconnaissance Imaging spectrometer for Mars). Pengorbit tersebut
sebelumnya telah menemukan lembaran es yang luas di lokasi lain di Mars dengan
menggunakan kamera radar dangkalnya, namun tidak mungkin untuk mengatakan
seberapa dalamnya. Sekarang, para ilmuwan tahu bahwa ini cukup dekat untuk
diakses dengan relatif mudah.
Paparan es tekspos dalam citra biru
yang berhasil diambil tim NASA dan dan
JPL-Caltech, University of Arizona. Studi lain sebelumnya membuat ilmuwan
khawatir bahwa tanah Mars tidak mengandung banyak air. Mereka telah menengarai
ada, tapi itu mungkin tidak sebanyak dan berlimpah seperti temuan lembah es tepat di bawah permukaan.
Setidaknya ada delapan lokasi
permukaan Mars tersedia banyak limpahan air. Bahkan ada daerah di mana air es
langsung terpapar. "Astronot pada dasarnya bisa pergi ke sana. Dengan
ember dan sekop, mereka bisa mendapatkan semua air yang mereka butuhkan," jelas
Byrne.
Selain aspek praktis pengambilan air,
temuan itu juga memiliki nilai ilmiah yang penting. "Ada lapisan tanah
yang dangkal di bawah sekitar sepertiga permukaan Mars. Ini layak dicatat dalam
sejarah eksplorasi Mars," kata Colin Dundas, peneliti utama dalam studi tersebut. "Apa yang telah kita
lihat di sini adalah penampang melintang melalui es yang memberi kita pandangan
3D dengan lebih detail daripada sebelumnya," tegasnya.

iklim Mars sangat bervariasi karena,
tidak seperti Bumi, kemiringannya lebih sering banyak berubah. Periset melihat
variasi warna es pada benda bekas individu menunjukkan bahwa ia terbentuk
secara berbeda pada waktu yang berbeda, tergantung pada kemiringannya.
"Jika Anda memiliki misi di salah satu situs ini, sampling lapisan yang
menuruni curam, Anda bisa mendapatkan sejarah rinci iklim Mars," kata
ilmuwan proyek MRO Leslie Tamppari.
Temuan NASA awal tahun 2018 ini
adalah salah satu sumber air Mars yang paling menggairahkan sampai saat ini,
namun ini bukan bukti pasti bahwa blok es besar ada di bawah permukaan Mars.
Selain itu, para periset tidak tahu apakah airnya mengandung garam dalam jumlah
tinggi atau, lebih buruk lagi, mengandung perkhlorat yang beracun. Untuk memastikanya, para ahli
mengajukan ide untuk mengirim misi robot
ke sana untuk mengakses es secara langsung dan memberi tahu kami semua yang
perlu diketahui, jelas Tamppari.
Tanda Kehidupan
Planet
Mars telah lama menarik minat para ilmuwan dan non-ilmuwan sebagai tempat yang
memungkinkan untuk mencari bukti kehidupan di luar Bumi. Ini karena
permukaannya memiliki banyak fitur yang familiar seperti saluran sungai kering
dan jejak hamparan danau kering yang mengisyaratkan lebih hangat, lebih basah,
mirip iklim Bumi di masa lalu.
Dr Joseph
Michalski dari Department of Earth
Sciences & Laboratory for Space Research di The University of Hong Kong
(HKU) dan rekan-rekannya telah menerbitkan makalah baru-baru ini sehingga
menimbulkan keraguan pada gagasan tentang kehidupan di permukaan bumi yang
berkembang di Mars. Perubahan paradigma ini baru-baru ini dipublikasikan di Nature Geoscience (Desember 2017) dan Nature Astronomy (Februari 2018).

Selama 2,5
miliar tahun terakhir, menurut Michalski, kehidupan di Bumi telah berkembang
pesat karena evolusi fotosintesis. Permukaan kehidupan melimpah dan sangat
berhasil karena tersedianya sinar matahari, air permukaan, kondisi iklim
sedang, dan adanya perlindungan medan magnet kita.
Tapi,
menurut Michalski dan rekannya, planet
Mars tidak akan pernah mengalami kondisi layak huni di permukaan. Dalam publikasi
Nature Astronomy dia menunjukkan bahwa iklim Mars mungkin telah
sangat dingin dan kering hampir sepanjang waktu. Mereka berpendapat bahwa fitur
air yang familier di Mars mencakup cakrawala tanah yang lapang dan lapuk, dapat
terbentuk dalam tempaan iklim pendek geologis. Dengan kata lain, Mars dingin
dan kering sepanjang sejarahnya dan hanya memiliki air cair melimpah di
permukaannya selama masa singkat episode perubahan iklimnya.

Namun,
semua harapan untuk hidup di Mars tidak hilang. Michalski menegaskan bahwa
prospek kehidupan di bawah permukaan Mars cukup menjanjikan. "Ini adalah
waktu yang sangat mengasyikkan dalam eksplorasi Mars," ungkap Michalski.
"Kami semakin dekat untuk bisa mendeteksi bukti kehidupan purba di Mars,
atau, mungkin yang lebih penting lagi, blok bangunan kimia tempat kehidupan
terbentuk," tegasnya.
Dia
bersama tim HKU terus mengkaji bagaimana kehidupan mungkin berevolusi. Tak
hanya di Bumi, tapi juga pada badan terestrial lainnya, termasuk di Mars. Dia
percaya ada ada "zona layak
huni" terutama di wilayah, dimana air cukup tersedia. Penemuan adanya bakteri
langka di tambang emas di Afrika Selatan pada satu dekade telah menjadi sumber inspirasi
yang amat berharga baginya, " kata Profesor Quentin Parker, Direktur
Laboratorium untuk Penelitian Luar Angkasa dan Dekan Fakultas Sains , Universitas
Hong Kong.
Mars One
Enam tahun lalu, Mars One merilis
sebuah megaproyek membangun hunian permanen di luar Bumi. Awalnya, lembaga ini memasang target migrasi
pertama antarplanet itu pada 2023. ‘’Karena pertimbangan teknis, rencana itu
mundur empat tahun,’’ kata Bas Lansdorp,
CEO lembaga riset nirlaba yang bermarkas di Belanda itu.

Kelak, pemukiman di Mars membawa lompatan teknologi bagi umat manusia.
Telah lama digadang-gadang, planet ini akan menjadi markas baru riset alam semesta. Megaproyek ini akan menyingkap
sejarah tatasurya, asal usul kehidupan, dan habitat alternatif manusia di alam
semesta. Seperti pendaratan Apollo di Bulan, misi manusia ke Mars akan
menginspirasi generasi masa depan bahwa segala sesuatu dapat dicapai dengan
ketekunan dan kerjasama.
‘’Mars One percaya, pemukiman manusia
di Mars akan menjadi acara iptek paling berpengaruh abad ke-21,’’ tambah
Lansdorp. Dalam 100 tahun, pemukiman permanen diharaplan terwujud. Untuk
diketahui, manusia telah menetap dan mengeksplorasi Bumi dalam 50.000 tahun
terakhir. Mars adalah tempat logis berikutnya untuk memulai peradaban baru.
‘’Kepastian adanya sumber air menjadi kabar baik yang membangun semangat dan
optimisme baru,’’ ungkap Natasha Schon, Mars One Communication, kepada Sains
Indonesia.
Menjelang akhir September 2016,
Lembaga Antariksa AS (NASA) mengkonfirmasi adanya air di Mars. “Kami menemukan bekas lintasan
air selebar lima meter sepanjang 100 meter pada salah satu lembah Planet Merah
itu,’’ ungkap Lujendra Ojha dari Georgia Institute of Technology (Georgia
Tech) di Atlanta.
Berdasarkan analisis terhadap gambar
yang dikirim spektrometer Mars
Reconnaissance Orbiter (MRO), menurut Nature
Geoscience (28/9), Tim Georgia Tech memastikan adanya mineral hidrat pada
lereng lembah Mars. Jejak air bergaram
muncul di beberapa lokasi bersuhu -10 oF atau setara -23 oC.
‘’Bayangan air hilang ketika suhu permukaan Mars lebih dingin,’’ jelas Ojha.
Memang, Ojha dan timnya bukan
yang pertama menyebut adanya air
di Mars. Meski begitu, merekalah yang berani memastikan identitas mineral
hidrat di planet ketiga dalam sistem tatasurya itu. Mereka juga menemukan campuran senyawa
perkhlorat seperti magnesium perkhlorat,
magnesium khlorate dan natrium perkhlorat. Beberapa senyawa perkhlorat tampak
tetap mencair bahkan ketika suhu lingkungannya mendingin hingga -70 oC.
Adanya air di Mars memunculkan dugaan
adanya tanda kehidupan di sana. “Ada dugaan mikroba tertentu mungkin pernah
hidup di sana,’’ tambah John Grunsfeld, astronaut NASA di Washington. Dia percaya, air menjadi tanda awal yang baik
bahwa planet ini mungkin bisa menjadi
hunian alternatif bagi manusia di masa depan.
Dedi Junaedi
Comments
Post a Comment